Dua tahun lalu menjelajah Internet masih terasa nyaman. Belakangan, menjelajah Internet semakin menyebalkan: semakin lambat. Pada pertemuan di Montreal, Agustus lalu, banyak yang melontarkan kekhawatiran dan kecemasan menyangkut masa depannya, tertatih-tatih memikul beban transmisi data yang semakin sarat dan rakus ruang gerak (bandwidth).
Gejala penderitaan Internet itu tampak nyata tatkala America Online (AOL), mengalami musibah. Sistem komputer jaringan AOL tak berfungsi (down) selama 19 jam. Meskipun mereka berjanji kejadian serupa tak akan terulang, bos AOL, Stephen M. Case jujur mengakui sangat sulit memenuhi komitmen tersebut.
Musibah lain menyusul, ketika ratusan ribu alamat situs atau domain Internet, com dan net, lenyap dari peredaran. Musibah tersebut disebabkan file database konversi alamat domain yang menghubungkan alamat IP dan namanya terputus. Meski InterNIC, menyatakan bahwa kesalahan tersebut hanya karena faktor manusia, musibah-musibah itu dianggap sebagai pertanda perlunya framework di mana komunitas dapat bekerjasama mengatasi kekurangan Internet.
Kegagalan untuk memberikan fungsi yang sempurna, hanyalah salah satu problema yang dihadapi Internet saat ini. Masalah yang lebih mendasar adalah dalam Internet berkembang terlalu pesat sehingga tidak sesuai dengan desain awal internet itu sendiri. Misi awal Internet, sebagaimana diketahui, adalah sebagai jaringan komunikasi non-profit yang mengabaikan dunia usaha. Akibatnya, faktor keamanan pun kurang mendapat perhatian. Padahal kini berkembang e-commerce, e-banking, e-payment, dan lain sebagainya.
Problema berikutnya adalah keterbatasan bandwidth.
Bandwidth cepat sekali mengalami kejenuhan. Selama 1987-1992 bandwith backbone Internet meningkat 700 kali lipat dan 700 kali lagi untuk lima tahun berikutnya. Namun, peningkatan tersebut tertelan oleh aplikasi multimedia, yang membuat halaman-halaman Web padat grafis, suara dan video. Dampaknya, lalu lintas Internet nyaris macet, dan transfer data lambat. Akronim WWW (World Wide Web) pun acap dipelesetkan jadi 'World Wait Web'.
Akibatnya sudah bisa ditebak, kondisi Internet bakal semakin parah. Makin banyak yang tertarik masuk ke Internet yang bisa memungkinkan untuk memacetkannya. Dataquest meramalkan, populasi komputer di Internet tumbuh 71% per tahun. Tahun 2022, masyarakat Internet bakal mencapai 268 juta. Tahun ini baru sekitar 82 juta saja sudah membuat Internet termehek-mehek Dunia bisnis diduga yang berperan mendorong pertumbuhan tersebut.
Internet Generasi kedua.
Demi menampung perkembangan usaha, ada dua cara yang harus ditempuh. Pertama menyediakan bandwith yang besar. Kedua, kerangka non-profit Internet tradisional harus diubah menjadi sebuah ajang yang melibatkan kalangan swasta yang diundang untuk ikut serta membantu mengembangkan kerangka baru dengan iming-iming insentif.
Beberapa perusahaan terkemuka seperti MCI, AT&T, Lucent, Cisco, Bay Network, IBM, Sun Microsystem dan Microsoft, ikut terlibat dalam proyek pengembangan Internet generasi 2.. Didukung oleh National Science Foundation (NSF), para ahli dari 100 lembaga riset universitas di AS meluncurkan proyek Internet-2 yang diharapkan mampu menyediakan infrastruktur jaringan berkecepatan 622 Mbps.
Internet-2 bukan hanya mampu meningkatkan kecepatan transmisi kedua belah pihak, tetapi juga mampu memacu pengembangan fasilitas dan fungsi baru jaringan yang nantinya dapat digabungkan ke dalam jaringan komersialsdan diharapkan dapat meletakkan dasar dan implementasi untuk generasi Internet berikutnya, beserta aplikasinya, tersebut termasuk meningkatkan faktor keamanan (security). Artinya I-2 akan menyediakan fungsionalitas jaringan melalui kualitas layanan yang berbeda untuk setiap fungsi yang berbeda. Melalui fasilitas tersebut pelanggan dapat memesan sejumlah bandwidth melalui RSVP (Resource Reservation Protocol) untuk menjalankan aplikasi mereka, tanpa mengganggu dan ter-ganggu lalu-lintas lain.
Tahap awal implementasi proyek I-2 adalah pembuatan jaringan berkecepatan 622 Mbps dengan protokol IP (Intenet Protocol) di atas jaringan ATM yang menghubungkan tiga pusat superkomputer, National Center for Supercomputer Application (NCSA) University of Illinois, San Diego Supercomputer
Center, dan Pittsburg Supercomputer Center. Sementara itu, 20 universitas lainnya akan dihubungkan melalui arsitektur koneksi gigabit point of presence (giga-POP) ke jaringan I-2 tersebut dengan kecepatan minimal 155 Mbps.
Kecuali itu, proyek Internet2 akan menghubungkan tujuh kampus University of Ca-lifornia dengan CalTech, California State University, Standford dan Univ. Southern California. Tujuan utama proyek ini adalah membentuk universitas virtual di mana mahasiswa dapat mengikuti kuliah yang berlangsung di kampus yang lain atau mencari publikasi dari perpustakaan lain.
Proyek-proyek I-2 akan mengimplementasikan backbone berteknologi vBNS (very high performance Back--bone Net-work Service), backbone jaringan berkinerja tinggi. Teknologi vBNS yang merupakan hasil kerja sama NSF dan MCI, adalah jaringan serat (optik yang meno-interface-kan ATM (asynchronous transfer mode) dengan switch HiPPi (High Performance Parallel Interface) atau ATM/Sonet.
Bagian terpenting arsitektur I-2 adalah konektivitas berkecepatan tinggi melalui GigaPOP yang merupakan agregasi titik-titik koneksi regional yang memungkinkan universitas mengkoordinasi konektivitas mereka ke jaringan Internet-2. GigaPOP dianggap sebagai komponen terbesar infrastruktur jaringan tersebut, sebagai generasi terbaru mekanisme routing dan switching yang menawarkan kemampuan melakukan IP routing berkecepatan rendah seperti yang tersedia saat ini.
Kemampuan mengisolasi sejumlah besar lalulintas lokal atau pada infrastruktur khusus memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kinerja Internet komersial dan I-2 secara keseluruhan. Ted Hanns, direktur pengembangan proyek I-2 mengklaim bahwa teknologi gigaPOP akan menghemat sumberdaya dengan mengurangi jalur koneksi rendundan dan meningkatkan kinerja dengan tetap menjaga paket lokal berada pada lalulintas lokal. Dan jika gigaPOP berhasil memposisikan diri sebagai integrator servis dan agregator lalulintas koneksi, gigaPOP akan mendorong perubahan model layanan, dengan implementasi usage-based pricing dan QoS, yang diadopsi Internet Service Provider (ISP) saat ini.
Proyek serupa pun sedang berjalan di Eropa. Dengan dukungan dana dari Uni Eropa (UE) dibentuk konsorsium implementasi Internet kecepatan tinggi dengan nama TEN-34. TEN-34 akan beroperasi dengan kecepatan 34 Mbps yang akan ditingkatkan sampai 155Mbps. Meskipun tidak seambisius I-2 dalam hal kecepatan, TEN-34 bertujuan untuk meningkatkan kualitas akses bagi komunitas akademik dan menyebarkan perkembangan teknologinya ke komunitas jaringan yang lebih luas. Pada proyek-proyek TEN-34 sedang dilakukan ujicoba implementasi teknologi ATM sebagai backbone, dilengkapi evaluasi implementasi IPv6 dan protokol transmisi multicast.
Kapan proyek-proyek generasi terbaru Internet di atas dapat dinikmati oleh komunitas jaringan secara global? Gartner Group memperkirakan layanan itu paling cepat baru bisa dimanfaatkan pada tahun 2002. Masih lama memang. Tetapi, kalau proyek I-2 berjalan mulus, menjelajah Internet dan, ini yang paling penting, berbisnis via Internet adalah pekerjaan yang menyenangkan dan aman.
Home »
» Internet2 Dengan Internet
Internet2 Dengan Internet
Posted by nine.zizi
Posted on 8:21 AM
with No comments
0 komentar:
Post a Comment